banner 728x250 banner 728x250
Berita  

Polri Transparanlah, Jangan Mencla Mencle

banner 120x600
banner 468x60

EDITORIAL

Oleh: Mad Doni (Wartawan Berita Musi)

banner 325x300

PAPINKAPOST.ID – AKHIRNYA Polri menggelar konfrensi pers terkait penguntitan Jampidsus, Febrie Ardiansyah yang dilakukan oknum Densus 88 antiteror di restoran Prancis Jakarta Selatan, Minggu (19/52024) lalu.

Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Shandi Nugoro didampingi Brigjen Trunojoyo berusaha meniawab pertanyaan wartawan apa hasil penyelidikan terbaru paminal terhadap Bripda IM.

Kegeraman wartawan semakin menjadi- jadi karena peristiwa yang begitu menyita perhatian publik tidak dijawab secara terang benderang.

Diawali senda gurau dengan wartawan, Irjen Shandi memaparkan tidak ada masalah antara Polri dan Kejagung. Apalagi pada Senin lalu para pimpinan lembaga di Istana tetlihat begitu kompak, sinergi. Disana ada Kapolri, Kajagung, Menkopolhukam. Antara polisi dan jaksa baik-baik saja. Kalau pimpinan menyampaikan tidak ada masalah, mohon bantu teman-teman sekalian.

“Kapuspenkum menyatakan anggota Densus 88 menguntit sudah diserahkan ke Paminal. Bagaimana penanganan terbaru. Infonya ada 6 anggota densus 88 dari Jawa Tengah yang diperintahkan. siapa yamg menugaskan,” tanya wartawan Kompas.com, Kamis (30/5/2024)

” Memang benar ada anggota yang diamankan di kejagung dan sudah dijemput paminal dan sudah diperiksa oleh Ditpropam. Semuanya tidak ada masalah. Apabila para pemimpin sudah menyampaikan tidak ada masalah, harusnya ini sudah selesai. Apalagi kejadian seminggu lalu dan para pimpinan Senin tadi sudah ketemu, jadi tidak ada masalah,” jawaban normatif Irjen Shandi.

Mau ketawa tapi takut ada yang tersinggung dan dosa besar. Satu dua sampai 6 wartawan terus menggali dengan bertanya pertanyaan yang sama apa motif dan siapa yang menyuruh penguntitan. Jawaban Irjen Shandi masih tidak mau transparan.

Ketika kedua pimpinan antar lembaga sudah ketemu dan tidak ada masalah. Kenapa kita harus mempermasalahkannya. Ada fokus-fokus yang lebih besar dan harus kita kerjakan. Kejagung dan Kepolisian akan bersinergi dan berkerja sama. Jangan sampai kita diadu domba nantinya malahan tepuk tangan para koruptor.

Semua wartawa yang hadir merasa dongkol dengan jawaban Irjen Shandi terus menerus menjawab tidak ada masalah, kedua pimpinan sudah ketemu, antara jaksa dan polisi tidak masalah. Jawaban selalu bolak balik tak berujung.

Wartawan yang ingin menyampaikan berita ke publik jadi bingung mendapat jawaban polri yang mencla mencle dan berputar itu itu saja.

Publik pun ingin tahu apa hasil pemeriksaan oknum Densus 88 yang kini ditanganu Ditpropam. Apa motifnya sampai menyimpan profiled Jampdisus. Siapa yang menyuruh.
Apakah hanya sekedar penguntitan atau ada motif lain bisa saja mensrea yang lebih hebat seperti kopi sianida.

Diketahui kasus besar korupsi timah berjamaah yang ditangani Kejagung muncul nama besar jenderal bintang empat purnawirawan berinisial B

Kasus yang juga menyeret suami Sandra Dewi, Harvey Mois jelas ada kaitannya dengan jenderal B. Apalagi jet pribadi yang dipakai ke Jambi untuk membawa jenazah almarhum Josua ke rumah duka disebut milik Harvey Moeis atau Robert Bono.

Bagimana masyarakat mau percaya sama penyidik Propam berkerja secara profesional terhadap oknum Densus 88 jika jawaban Kadiv Humas tak mau transparan.

Saking geramnya, wartawan sampai melontarkan pertanyaan pamungkas apakah Polri tidak berani menjawab pertanyaan yang dijawab selalu sudah clean n clear karena kedua pimpinan sudah ketemu. Patut disayangkan, pertanyaan tersebut juga dijawab normatif lagi sudah tidak ada masalah
Pengungkapan kasus korupsi timah yang saat ini sedang disidik Kejagung adalah bagian dari upaya memperbaiki IPK itu. Pastinya bukan sebuah pekerjaan ringan karena yang dihadapi adalah kasus yang sudah berlangsung selama tujuh tahun dan dengan nilai yang fantastis, bahkan teramat fantastis.

Pengungkapan kasus itu pun masih dibumbui drama dugaan penguntitan jaksa agung muda bidang pidana khusus (jampidsus) oleh anggota Densus 88. Pasukan terlatih milik Polri itu bukannya menangkap teroris malah tertangkap basah tengah menguntit gerak-gerik jampidsus.

Jika drama itu benar adanya, publik tentu bertanya-tanya, apa karena Densus 88 sedang kurang kerjaan atau justru lagi dapat tambahan kerjaan baru karena kasus timah terungkap ke publik?
Korps Adhyaksa tentu tak boleh gentar atas apa pun upaya intimidasi. Jika Kejagung menyurutkan langkah, koruptor yang bersorak.

Pemberantasan korupsi mesti disadari sejak awal tentu akan mendapatkan perlawanan dari pelaku korupsi. Jangan sampai lupa, korupsi hanya bisa dilakukan oleh pemegang kekuasaan bersama kroni-kroninya. Orang yang tak berada di lingkaran kekuasaan jangan bermimpi bisa korupsi, cukup jadi copet saja di pasar. Kita tunggu gebrakan Kejagung masuk ke lingkaran kekuasaan. (***)

banner 325x300 banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *