SUNGAILIAT – Pihak Kelurahan Sungailiat kembali mengadakan kegiatan sosialisasi sekaligus memberikan himbauan kepada para penambang yang kembali beraktivitas di Kolong Buntu, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Sosialisasi itu dilaksanakan di tanah Hongkong atau perbatasan wilayah Air Kantung dan Nelayan 2, Selasa (2/7/24) pagi.
Dikatakan Lurah Sungailiat Farid Anshary, kegiatan sosialisasi dan himbauan itu sudah beberapa kali dilaksanakan. Tetapi, masih banyak para penambang lagi-lagi melakukan aktivitas penambangan biji timah di sana (membandel).
“Kegiatan himbauan dan sosialisasi ini sebenarnya sudah beberapa kali kami lakukan, beberapa waktu lalu himbauan yang sama pernah dilakukan tapi mereka membandel dan alhasil 14 orang yang terdiri dari penambang, koordinator dan pembeli timah mendekam di sel tahanan sampai saat ini,” kata Farid, kepada wartawan.
“Kami juga mendapatkan laporan pengaduan dari masyarakat setempat dan banyak warga yang resah akan aktifitas penambangan yang kembali marak di sana,” lanjut dia.
Dikesempatan yang sama, Kepala Lingkungan (Kaling) Nelayan 2, Sarifudin menganjurkan kepada masyarakatnya untuk mengikuti himbauan tersebut, jangan sampai jadi korban laporan masyarakat.
“Saya juga sebagai Kaling kasian melihat warga saya di laporkan terus apalagi sampai dipenjarakan, tidak bagus kesannya, hanya gara gara mencari makan sesuap nasi, ujung ujungnya masuk penjara,” sesal Sarifudin.
“Saya berharap jangan lagi beraktifitas di Kolong Buntu. Laporan sudah banyak masuk dan laporan masyarakat terus menerus setiap hari karena aktifitas penambangan ini,” pungkasnya.
Senada, Edo Meirdiano sebagai Kaling Air Kantung mengatakan, bahwa mereka hanya mengingatkan penambang saja untuk berhenti beraktifitas. Karena kalau mereka tidak berhenti melakukan kegiatan ilegal, Edo meyakini akan ada cerita Kolong Buntu Jilid 2 yang akan membawa para penambang ke dalam dinginnya penjara.
“Kami hanya mengingatkan saja bang, supaya mereka berhenti, karena saya berkeyakinan APH akan bergerak untuk menghentikan ini, seperti yang dilakukan APH pada Kolong Buntu Jilid 1,” kata Edo. (red)
Tak berhenti disitu, ketika wartawan ke lokasi, ada seorang warga Nangnung berkomentar bahwa para penambang sudah keterlaluan, suara berisik dari malam sampai habis Subuh. Semakin hari semakin berisik karena ponton yang bertambah. Warga Nangnung yang dekat lokasi tambang ini banyak yang sudah tua dan butuh istirahat.
“Saya sudah tua, usia saya sudah 72 tahun, malam hari saya sering terbangun dari tidur karena suara mesin TI di belakang mess itu, mereka benar benar tidak berpikir tentang ketenangan yang kami butuhkan. Mereka hanya berpikir uang saja untuk kebutuhan mereka,” ujar si bapak yang rumahnya berada sangat dekat dengan aktifitas TI. (Red)