PANGKALPINANG – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah SPBU di Pulau Bangka sejak satu minggu ini, bukan sepenuhnya kesalahan pihak SPBU.
Terkait supply (pemasok), yang paling bertanggung jawab adalah Depo Pertamina Patra Niaga Regional Sumbangsel selaku vendor.
Lucunya, Gubernur Hidayat Arsani sudah tahu situasi Bangka Belitung genting, malahan bikin blunder menelepon Manager SPBU Bacang bernama Feri.
Harusnya yang benar itu, level gubernur nelpon langsung pihak Pertamina yang paling bertanggung jawab.
Dalam akun Tik Tok pribadinya, @hidayatarsani terlihat menelpon manager SPBU Bacang di Semabung yang sebelumnya di kolom komentar banyak dibanjiri netizen soal kelangkaan BBM.
” Pak Feri bagaimana nih, koq minyak abis, apa masalahnya ?
” Ijin pak, untuk minyak itu kemarin ada kendala pengiriman tapi sudah datang dan Senin (17/11/2025) sudah normal kembali,” jawab Feri Si mlManager SPBU.
” Berarti sudah aman semua ya, ada keterlambatan yaa. Artinya sudah aman untuk besok,” kata Hidayat Arsani.
Dari percakapan Gubernur Hidayat Arsani dan Feri nampak jelas terjadi blunder. Harusnya mekanisme bertanya yang benar kenapa ada keterlambatan pengiriman minyak ditanya langsung dari sumber berkompeten, yakni Pertamina bukan Manager SPBU.
” Oke…besok pagi minyak kita sudah normal. Mudah-mudahan cuaca bagus, alur bagus dan transportasi bagus,” kata Hidayat Arsani memposting percakapannya sembari menyakini masyarakat Bangka Belitung kalau BBM baik baik saja.
Pantauan media bangkaindependent.com, antrean panjang kendaraan masih terlihat di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di sejumlah wilayah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) hingga Selasa (18/11/2025) siang.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan pernyataan Gubernur Babel, Hidayat Arsani, yang sehari sebelumnya memastikan pasokan BBM telah kembali normal, pada Senin (17/11/2025) kemarin.
Namun berdasarkan pantauan wartawan, antrean kendaraan di SPBU Kota Pangkalpinang masih mengular hingga Selasa siang. Bahkan di tingkat pengecer, BBM jenis Pertalite turut hilang dari peredaran.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Pertamina Patra Niaga Regional Sumbangsel masih belum memberikan pernyataan resmi terkait kondisi tersebut.
Pasokan Pertamax Terlambat, Petugas Pantau Distribusi BBM di SPBU Keramat
Petugas memantau distribusi BBM bersubsidi di SPBU Kampung Keramat, Kecamatan Rangkui, Pangkalpinang, Selasa (18/11) sekitar pukul 14.17 WIB.
Pemantauan dilakukan buntut antrean panjang kendaraan serta keterlambatan pasokan Pertamax.
Pengelola SPBU Keramat, Tomi, mengatakan pihaknya telah mengambil langkah untuk mengurangi antrean, khususnya pengguna Bio Solar.
“Mobil yang hendak mengisi Bio Solar kami arahkan mulai parkir sejak pukul 04.00 WIB. Distribusi kami mulai pukul 05.00 WIB,” ujar Tomi.
Ia menjelaskan pengiriman BBM dari Pertamina ke SPBU Keramat dilakukan rutin tiap minggu. Pertalite dikirim enam kali sepekan dengan volume 16 KL per pengiriman. Bio Solar juga enam kali per minggu dengan volume 8 KL.
Untuk Pertamax, pengiriman dijadwalkan tiga kali seminggu dengan kapasitas 8 KL.
Namun pada Jumat (14/11), SPBU hanya menerima 4 KL. Stok itu habis pada Sabtu (15/11), dan hingga Selasa (18/11) siang belum ada pasokan masuk.
“Pertamina menyampaikan ada keterlambatan karena cuaca buruk. Sekitar pukul 14.00 WIB hari ini, pasokan Pertamax 8 KL akhirnya tiba,” kata Tomi.
Adapun Pertamina Dex tiba sebulan sekali dengan volume 8 KL.
Tomi memastikan harga seluruh jenis BBM tetap sesuai ketentuan: Bio Solar Rp6.800, Pertalite Rp10.000, Pertamax Rp12.500, Pertamina Dex Rp14.500 per liter.
Pemantauan dilakukan untuk memastikan distribusi BBM bersubsidi berjalan lancar, tepat sasaran, dan mencegah penumpukan kendaraan di SPBU.(tim)


















